Selasa, 10 Mei 2011

Seni Memotivasi Karyawan

Semua orang sudah mengetahui, karyawan adalah asset utama suatu perusahaan. Tentu saja, yang di maksud di sini adalah karyawan dengan kompetensi sesuai dengan yang di butuhkan perusahaan. Bersama mereka, antara lain perusahaan mengejar target dan pencapaian. Melalui tulisan ini, saya ingin berbagi mengenai bagaimana memimpin, memotivasi, dan menggerakkan karyawan.

Jika anda seorang CEO, tugas anda antara lain adalah menggerakkan orang-orang yang bekerja sekeliling anda sehingga mereka bersedia di ajak mengejar target. Padahal tipe orang itu bermacam-macam. Belum lagi anda musti memadukan orang-orang terpilih itu dalam satu tim. Ini soal bagaimana kecakapan kita dalam memimpin orang-orang kita tersebut.Bukan urusan yang mudah, tetapi di sinilah antara lain seni memimpin dan mengelola perusahaan. Untuk urusan bagaimana memimpin orang-orang yang memiliki berbagai macam tipe karyawan ini, saya merasa cocok dengan pemikiran Paul Hersey dan Ken. Blanchard. Menurut mereka seorang pemimpin harus memahami tingkat kemampuan karyawannya agar tahu bagaimana memotivasi dan menggerakkan mereka.

Ada empat tingkat tipe kecakapan yang di maksud. Pertama

M1 (tidak mampu dan tidak punya kemauan). Untuk memotivasi karyawan kategori ini pemimpin harus bersikap tell atau banyak bersabar memberitahu apa saja tugas yang harus di lakukan, memberi petunjuk dan instruksi, sehingga karyawan yang tidak ada kemauan dan kemampuan bersedia mencoba mengerjakan apa yang di tugaskan.Lalu, tingkat

M2 (tidak mampu tetapi mau). Untuk menggerakkan karyawan bertipe ini, anda sebagai leader dalam memotivasi harus bersikap sell atau banyak-banyak menyemangati dan menggugah bahwa di a akan bisa asalkan mau mencoba. Leader harus mampu meyakinkannya bahwa dengan banyak-banyak mencoba maka kemampuan mereka akan meningkat dan prestasi bisa di raih.

Selanjutnya, tingkat

M3 (mampu tetapi tidak mau/ragu-ragu) maka leadernya harus bersikap partisipatif dalam memotivasi, dengan memberikan tantangan atau mengajaknya ikut memikirkan sesuatu, mendorong mengeluarkan ide-ide. Dengan demikian, kemampuan yang di milikinya bisa keluar sehingga bisa menggerakkan dan meyakinkannya bahwa dia memang memiliki kemampuan sesuai dengan yang di harapkan perusahaan.

Terakhir, tingkat

M4 (mampu dan mau) maka leadernya musti bersikap Delegating, yaitu mendelegasikan tugas dan wewenang dengan menerapkan sistem control yang baik. Pada tingkat ini, biasanya karyawan sudah menduduki jabatan yang lumayan tinggi, jadi yang bisa di berikan untuk lebih memotivasi mereka-mereka adalah memberikan kesempatan dan kepercayaan atas tugas-tugas yang penting.

Mengenali setiap tipe karyawan atau bawahan akan mempermudah seorang leader, bukan hanya dalam menggerakkan mereka, namun akan bisa merancang rencana kerja secara realistis di sesuaikan dengan kemampuan tim-nya. Dengan kata lain, perusahaan akan bisa lebih baik dalam merancang target serta menciptakan harmony dalam perusahaan.

Paparan di atas adalah teori yang melandasi leadership saya. Pada tulisan berikutnya, masih dalam tema yang sama, akan kita lanjutkan soal bagaimana pengalaman saya mengimplementasikan teori tersebut.

Semoga bermanfaat.

Selasa, 15 Maret 2011

Gagap Hadapi Gebetan? Ini 7 Siasatnya!

BERBICARA dengan orang yang Anda suka alias gebetanjelas sulit. Anda tidak awalnya terlihat agresif dan canggung hingga salah satu dari Anda merasa tidak nyaman.

Anda tidak perlu stres atau gagap karena berbicara dengangebetan semudah berbicara dengan teman Anda. Mau tahu triknya? Simak tujuh trik berikut percakapan mengalir lebih lancar bersama orang yang Anda sukai, seperti diulasAllwomenstalk.

Bicara tentang hal umum

Biasanya, jika Anda menyukai orang, Anda sudah kenal setidaknya sebentar. Anda mungkin sudah saling tahu memiliki beberapa kesamaan. Namun jika tidak, Anda bisa mendiskusikan topik yang umum.

Jika Anda di kafe, Anda bisa memberi komentar pada lukisan di dinding atau soal rasa kopi. Jika Anda di toko buku, Anda bisa berbicara tentang buku yang Anda suka.

Sebutkan topik umum

Ada banyak kepentingan umum yang ingin saling dibagi oleh setiap orang, mungkin soal berita terbaru, pertandingan sepakbola yang sedang berjalan, dan sebagainya.

Anda bisa menyebutkan sesuatu yang baru-baru ini terjadi dalam berita dunia, berita selebriti, berita olahraga, dan sebagainya. Topik seperti ini cenderung “aman” dan selalu merupakan ide yang baik.

Awali dengan pertanyaan terbuka

Pertanyaan terbuka mendorong jawaban lebih kompleks ketimbang hanya "ya" atau "tidak." Jadi, Anda bisa lebih mengenal kepribadiannya. Alih-alih bertanya, "Apakah kamu suka membaca?" Anda bisa bertanya, "Apa jenis buku yang kamu sukai?".

Anda juga bisa bertanya hal yang lebih umum, seperti "Apa yang sedang asyik kamu geluti beberapa hari terakhir?" daripada bertanya, "Apakah kamu memiliki hari yang baik sepanjang pekan ini?".

Pertanyaan lanjutan

Pertanyaan tindak lanjut juga merupakan pilihan yang baik. Setelah menanyakan orang yang Anda suka dari mana dia berasal, misalnya, Anda bisa menindaklanjutinya dengan bertanya, "Apakah Anda kerap rindu kampung halaman?" atau "Apakah kamu sering pulang kampung?" atau "Apa aktivitas favorit yang biasa kamu lakukan di sana?". Pertanyaan ini juga memungkinkan dia tahu bahwa Anda tertarik dengan hidupnya, tanpa bermaksud usil atau memaksa.

Ajukan pertanyaan pribadi

Jangan ajukan pertanyaan yang sangat pribadi. Sebaliknya, ajukan pertanyaan yang akan memungkinkan Anda mengenalnya lebih baik, jadi cukup bertanya soal selera sastra dan musik, makanan favorit, kegiatan favorit, dan hal lain seputar itu. Pertanyaan sangat pribadi tidak patut ditanyakan di awal perkenalan.

Merespon percakapan


Anda harus merespon apa ia katakan. Cobalah untuk tertawa dengan leluconnya dan dengarkan dengan seksama saat ia bercerita.

Jika Anda tidak bereaksi, dia akan berpikir Anda tidak tertarik, dan itu akan membuat dia merasa sangat tidak nyaman, bahkan bosan. Jika percakapannya membosankan Anda, cobalah untuk membuatnya lebih menarik dengan beberapa pertanyaan.

Jujur

Jika Anda benar-benar gugup bicara dengannya, tak mengapa jika Anda mengatakannya. Atau, jika Anda tidak mengetahui sesuatu yang ia bicarakan, tidak apa-apa untuk meminta klarifikasi. Dengan begitu, Anda berdua memang terlibat satu sama lain, dan percakapan selanjutnya akan menjadi lebih mudah.